PRATIKUM SURFACING REFRAKSI OPTISI STIKES HAKLI SEMARANG

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Lensa dengan cara umum merupakan sebuah media, glass alias material lain yg transparan yg mempunyai dua permukaan alias daya, baik sejajar alias lengkung yg berfungsi sebagai sistim optik.
Ilmu Opthalmik lens merupakan sebuah lensa yg dipakai untuk mengoreksi alias mengukur kelainan refraksi mata jadi mengkompensasikan ketidakseimbangan otot-otot bola mata. Lensa dengan cara umum dibagi menjadi dua yaitu lensa mineral (Glass) dan lensa organik (plastic).
Bahan dasar lensa mineral (Glass)  dengan cara umum merupakan solid amorphous dan pasir kuarsa(Si O2) ditambah SODA (sodium karbonat), LIME(calsium O2). lensa mineral(Glass) yg terbagi lagi menjadi CROWN, FLINT, BARIUM CROWN.
Bahan dasar  lensa organik (plastic) dibagi menjadi dua berdasarkan hasilnya yaitu, thermoplastik dan thermosetting plastik.
Lensa yg baik sangat di perlukan pada ketika membikin kacamata, oleh sebab itu pada ketika melakukan proses surfacing kita wajib teliti dalam melakukan perhitungan, jadi pada ketika penggosokan tidak terjadi cacat pada lensa.
Pemilihan lensa dengan bahan dan tampilan paling baik sesuai ukuran dan kebutuhan pasien merupakan tugas mutlak dari Optometrist dan Refraksionis Optisien.Untuk melakukan faktor ini diberikan info tentang fitur dan fungsi dari bahan dan tampilan bagi pasien.
Prosedur penggosokan lensa wajib mengikuti alur dan ketentuan yg ada jadi menghasilkan nilai lensa yg baik dan mempunyai harga alias nilai jual yg tinggi.
Proses penggosokan memakai mesin handgrinding melewati berbagai bagian mutlak yaitu, proses grinding, proses finning dan proses poleshing




B.     TUJUAN
·         Untuk mengenal bagaimana proses penggosokan lensa dari mulai lensa blank hingga menjadi lensa jadi.
·         Untuk mengenal dengan cara eksklusif kemungkinan kecacatan lensa yg terjadi dalam teori surfacing ketika penggosokan di laboratorium praktikum
·         Untuk membandingkan berapa tidak sedikit kesamaan proses penggosokan antara teori dan praktikum.

C.     TEORI PRATIKUM
Kegiatan laboratorium optik dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1)      SURFACING LABORATORY
Surfacing laboratory merupakan proses pembuatan dari bahan lensa yg di proses sedemikian rupa jadi menjadi lensa semi finish alias lensa setengah jadi yg mempunyai kondisi tebal dan belum mempunyai ukuran di proses menjadi lensa jadi. Pembuatan lensa pada permukaan dibagi menjadi proses :
a)      Bahan lensa
b)      Proses penggosokan
c)      Perhitungan dalam proses penggosokan
d)     Mutu dan nilai lensa
e)      Pewarnaan
f)       Coating

2)      FINISHING LABORATORY
Finishing laboratory merupakan kegiatan di laboratory dimana lensa yg telah finish di proses supaya mampu di pasang pada bingkai kacamata sesuai dengan kriteria fisik optik dan refraktif menjadikan kacamata siap pakai. Finishing laboratori biasa disebut dengan faset.





BAB II
ALAT dan BAHAN



A.    Alat dan bahan dalam proses penggosokan manual
1.      Alat dan bahan utama
1)      Mesin manual
Mesin sederhana untuk melakukan penggosokan lensa pada bagian grinding, finning, poleshing dengan cara manual ini disebut mesin hand grinding. Pada tiap – tiap penggosokan dianjurkan untuk mengganti dan membersihkan bak penampung(pan) supaya tidak menyisakan cairan baik pada grinding maupun fining sehinga tidak mengontaminasi lensa pada ketika polesh.
Bagian – bagian mesin hand grinding :
a.       Pressure Arm
Berfungsi sebagai pegangan tangan dan mengatur tekanan lensa yg sedang digosok.
b.      Pin
Berfungsi untuk menekan bagian tengah blocking body dan berbentuk semacam jarum besar yg mampu diatur panjang pendeknya.

c.       Pan
Sebagai wadah penampung aberasive selagi proses penggosokan.
d.      Back Support
Berfungsi mengatur panjang pendeknya pressure arm.
2)      Tool
Merupakan logam tuang yg dipakai untuk membentuk kelengkungan lensa. Tool ada dua macam yaitu tool cembung dan cekung. Tool cembung disebut convex to do concave, yg artinya tool cembung untuk mengerjakan permukaan lensa cekung. Sedangkan tool cekung disebut concave to do convex, yg artinya tool cekung untuk mengerjakan permukaan lensa cembung.
Menurut kegunaannya tool ada 2 yaitu :
a.       Tool spheres, mempunyai kelengkungan yg sama pada tiap permukaannya.
b.      Tool cylinder, mempunyai kelengkungan yg tidak sama pada meridian yg tegak lurus
3)      Blocking body (flipper)
Merupakan proses penempelan lensa pada flipper dengan memakai bahan perekat berupa siongka/ pitch yg dipanaskan hingga mencair. Blocking ada 2 yaitu : blocking cembung dan cekung. Blocking body cekung dipasangkan pada lensa blank yg cembung, begitu juga sebaliknya pada yg cembung.
Kalsifikasi blocking :
a.       Berdasrakan alat dan metode
·         Blocking manual
Dalam pengerjaannya tetap memakai tangan. Lensa, siongka, dan blocking body wajib dalam kondisi panas supaya posisi lensa mampu diatur center.
·         Blocking otomat
Alat serba otomatis jadi penempatan letak sentra optic, penandaan dan blocking mampu dilakukan sekaligus. Tidak butuh dilakukan pemanasan dan pengaturan posisi lensa.
b.      Berdasarkan lensa yg diblocking
·         Blocking dengan lensa glass
Menggunakan metode manual sebab lensa glass terlalu keras dari plastic dan lebih tahan panas.
·         Blocking dengan lensa plastik
Dilakukan dengan metode otomat sebab lensa ini sangat sensitive kepada panas dan goresan.
c.       Berdasarkan tujuan penggosokan
·         Untuk proses penggosokan
Yaitu untuk penggosokan lensa blank hingga menjadi lensa semi finish alias finish.
·         Untuk proses faset
Yaitu pada lensa finish untuk dipasang pada frame.
d.      Berdasarkan komponen prisma
·         Blocking on centre (no prisma)
Ditujukan untuk proses penggosokan lensa yg tidak mempunyai kekuatan prisma yaitu titik blocking berada ditengah jadi letak OC = MRP
·         Blocking of centre prism
Pada blocking ini titik blocking tidak lagi berada dipusat lensa melainkan bergeser sesuai dengan kekuatan prisma yg diinginkan.
Prosedur blocking manual :
a)      Pemilihan blocking body
Memilih lensa yg akan digosok, spheres alias cylinder jadi mampu dipilih permukaan blocking yg tepat. Blocking body cekung dipasangkan pada lensa blank yg cembung,begitu juga sebaliknya pada yg cembung.
b)      Memanaskan blocking body hingga panas
c)      Memanaskan lensa
Angkat lensa hingga dekat ujung nyala api dan pada lensa akan kelihatan uap ketika mulai panas. Jika telah tidak ada lagi penguapan, berarti lensa telah panas.
d)     Menyatukan lensa dengan blocking body
Blocking body yg telah panas tadi ditetesi dengan siongka yg telah dilelehkan. Atur tidak sedikit sedikitnya ajaran dengan memutar gob stick, ketika siongka telah lumayan tidak sedikit untuk blocking, hentikan segera tempelkan lensa dan atur supaya lensa cocok ditengah blocking body.

4)      Aberasive
Merupakan bahan pokok dalam peggosokan lensa. Pada grinding dipakai aberasive M-60, finning M-303, polishing M-305.


Kategori nomor
penggunaan
Ukuran mesh dalam inchi
Ukuran partikel dalam mikron
M-60
Rough grinding
60
250
M-100
Medium grinding
100
123
M-180
Grinding
180
88
M-302
Smoothing
400
22
M-302,5
Finishing
600
18
M-303
Fine finish
800
15
M-303,5
Extra fine
1200
11
M-304
Super fine
1600
8
M-305
Ultra fine
3200
5

Tabel aberasive
2.      Alat dan bahan pendukung
a)      Perekat
Bahan ini terbuat dari lilin malam alias mampu dengan siongka yg merupakan campuran dari aspal dengan arpus. Atau terkadang memakai alloy pada proses semi otomat. Fungsi perekat merupakan sebagai media pesuruh untuk merekatkan lensa dengan blocking body. Alloy sendiri terbagi menjadi tiga macam yaitu :
§  Tipe A 115ºF untuk lensa palstik / CR-39
§  Tpe B 117ºF untuk lensa glass / Crown
§  Tipe C 168ºF untuk lensa photocromic / Hi Index
b)      Pemanas
Alat pemanas mampu berupa kompor yg bermanfaat untuk melelehkan alias mencairkan perekat, memanaskan lensa dan blocking body, juga untuk memanaskan tool yg akan dilapisi polishing pad.
c)      Maal
Merupakan alat untuk mengukur kelengkungan tool dan memastikan ukurasn tool yg akan digunakan, mengecek apakah tool tetap sesuai kelengkungannya. Bisa juga untuk mengecek hasil kelengkungan lensa seusai digosok.
d)     Thickness gauge dan Kaliper
Kedua alat ini berfungsi untuk mengukur tebal lensa. Thickness gauge dipakai pada bagian lay out dan kaliper dipakai oleh operator mesin. Thickness gauge dipakai untuk mengukur tebal lensa bahan dalam laboratorium yg memakai generator, alat ini guna menentukan tebal lensa yg akan dibuang. Bagian lensa yg diukur merupakan yg bagian tengahnya. Sedangkan kaliper untuk mengukur tebal tepi lensa diluar blocking body. Pada laboratorium manual, thickness gauge tidak lebih berfungsi sebab tebal lensa jadi mampu diperkirakan.
e)      Protaktor
Bentuknya semacam busur derajat dan dipakai untuk menetapkan inset segment bifocal, sentra optic, axis cylinder, dan arah prisma.
f)       Polishing pad
Bahan ini wajib menyerap air, liat, tidak mudah kusut, halus dan lembut supaya tidak menggores permukaan lensa. Untuk laboratorium manual, lebih ekonomis apabila memakai bahan yg umum semacam karpet alias kain drill dan hasilnya lumayan memuaskan.
3.      Alat bantu lainnya
Bahan yg penting lainnya semacam palu untuk deblocking, tang, penjepit, utnuk memegang blocking body, Dn tool ketika tetap panas dan juga baki berisi air untuk mendinginkan lensa, blocking body dan tool. Serta kartu kerja alias work form untuk mencatat data – data tentang lensa yg akan diproses.








BAB III
PROSES PRAKTIKUM
A.    Tahap Persiapan Penggosokan
*      Persiapan alat dan bahan
Ø  Mesin hand grinding wajib dalam kondisi baik.
Ø  Tool diperiksa kelengkungan dan pemukaannya dengan maal.
Ø  Blocking body wajib bersih dari perekat
Ø  Periksa aberasive, usahakan tidak tercampur satu dengan yg lainnya.
Ø  Periksa polishing pad dan perekat.
Ø  Kaliper wajib jelas


1.      Kartu kerja
Pengisian kartu kerja berfungsi untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Kartu ini berisi bukti diri sesuai resep, yaitu base curve,power, diameter,tebal lensa, bahan lensa, tipe dan warna lensa, index bias, lapisan,jenis lensa cylinder alias spheris.
2.      Pemeriksaan lensa bahan
Lensa bahan diperiksa dahulu tentang jenisnya (sv,bifocal, trifocal, atu multifokal), warna , diameter dan tebal. Juga wajib teliti apakah ada cacat, retak alias kotoran yg melekat pada lensa.
3.      Penentuan tebal lensa bahan
Tebal lensa bahan diubahsuaikan dengan dioptri lensa yg dipesan alias diresepkan. Penentuan tebal lensa bahan pada penggosokan lensa single vision mulai dari 3mm hingga dengan 12mm. Penghitungannya dilakukan dengan berbagai rumus.
4.      Penentuan base curve
Penentuan base curve berdasarkan power yg akan dibuat. Dengan memperhitungkan sisi kenyamanan, keindahan, dan tujuan yg meminimalisir kesulitan, dipilih lensa jadi yg tidak terlalu cembung. Oleh sebab itu, base curve dipilih sedatar mungkin barometer untuk menentukan base curve lensa :
-8 s/d -12 D
Plano dasar
-5 s/d -9 D
2
-1,5 s/d -6 D
4
Plano s/d -2 D
6
Plano s/d +2 D
6
+1,5 s/d +6 D
8
+5 s/d +9 D
10
+8 s/d +12 D
12
Tabel tetapan penggosokan lensa
5.      Ganti menyesal lapisan tool
Prinsip kompensasi pada lapisan tool merupakan membandingkan tool yg tidak berlapisan dengan tool yg berlapisan dan dihitung dengan rumus.
6.      Penandaan lensa
Penandaan meliputi baki kerja, lensa R untuk kanan dan L untuk kiri, axis cylinder dan prisma dan bagian mana yg wajib lebih tebal alias tipis. Dalam penggosokan manual penandaan dilakukan drngan bantuan protaktor yg berbentuk semacam busur derajat.
7.      Precoat
Precoat merupakan pemberian lapisan dasar sebelum blocking supaya perlekatan lensa dan blocking menjadi lebih baik dan melindungi permukaan lensa yg telah jadi. Pada laboratorium manual proses ini merupakan opsi yg bolrh dilakukan alias tidak.
8.      Blocking
v  Criteria blocking benar merupakan :
a.       Pemasangan lensa benar- benar terkonsentrasi pada sentra optic.
b.      Tidak terjadi decentrasi alias prisma.
c.       Tercapai kelegkungan yg benar dan terpoles sesuai dengan resep kacamata.
v  Sasaran ketepatan blocking :
a.       Ketepatan ukuran hasil penggosokan sesuai resep.
b.      Keamanan lensa selagi proses penggosokan
c.       Keamanan kerja selagi blocking dan penggosokan
d.      Peningkatan efisiensi dan penurunan biaya.
v  Prosedur blocking manual :
a.       Pemilihan blocking body
Memilih lensa yg akan digosok, spheres alias cylinder jadi mampu dipilih permukaan blocking yg tepat. Blocking body cekung dipasangkan pada lensa blank yg cembung begitu juga sebaliknya pada yg cembung.
b.      Pemilihan permukaan temple
Bila permukaan yg ditempelkan concave, jadi yg dipilih permukaan blocking body convex dan sebaliknya.
c.       Memanaskan blocking body hingga blocking panas.
d.      Memanaskan lensa
Angkat lensa hingga dekat ujung nyala api dan pada lensa akan kelihatan uap ketika mulai panas. Jika telah tidak ada lagi penguapan, berati lensa telah panas.
e.       Menyatukan lensa dengan blocking body
Blocking body yg telah panas tadi ditetesi dengan siongka atas perekat yg telah dilelehkan. Atur tidak sedikit dikitnya ajaran dengan memutar gob stick, ketika siongka telah lumayan tidak sedikit untuk blocking hentikan segera pasangankan lensa blank yg telah dipanaskan tadi, ratakan dan tekan dengan bunda jari supaya merekat kuat. Pastikan lensa telah center / ditengah – tengah.
B.     Tahap pelaksanaan penggosokan
1.      Tujuan penggosokan lensa merupakan untuk :
o   Memberikan kelengkungan tertentu pada lensa D1 alias D2
o   Pada penggosokan D2 mengurangi tebal lensa hingga ketebalan yg diinginkan
o   Menjadikan kedua permukaan lensa licin optik jadi lensa mampu memperlihatkan daya bias yg diinginkan.


2.      Tahap penggosokan
a.      Grinding
Pada bagian ini aberasive yg dipakai merupakan M-180. Namun, apabila kelengkungan yg dibangun berbedaa jauh dengan kelengkungan lensa bahan, boleh didahuli dengan M-60 yg lebih kasar dan tajam supaya proses abrasi permukaan lebih cepat. Kemudian baru dilanjutkan dengan M-180 yg lebih halus untuk memudahkan proses selanjutnya.ketebalan lensa yg terkikis sekitar 0,4 – 1 mm. Sebelumnya csmpur aberasive dan air dengan rasio 1 : 3. Pemberian aberasive dilakukan dengan sendok dengan dituangkan sedikit demi sedikit pada tool yg sedang berputar sambil menggerak – gerakkan lensa dengan pressure arm.
      Tahap grinding dimulai dengan memasang tool pada poros mesin hand grinding. Atur pin sesuai kebutuhan. Berikan sedikit aberasive pada tool. Taruh pin dari tangkai mesin kelubang tengah blocking body, pegang pressure arm dengan mantap tapi jangan terlalu ditekan dan posisikan lensa antara tengah dan tepi tool. Jalankan mesin sambil digerak – gerakkan pressure armnya supaya lensa tergosok merata pada tool. Setelah berbagai menit, hentikan mesin dan ambil lensa. Cuci bersih dan periksa permukaannya. Hasil penggosokan ini tetap kasar semacam kulit jeruk purut. Setelah proses selesai, ambil tool dan pan dari mesin lalu cici bersih ( faktor ini apabila memakai mesin hand grinding yg sama).
b.      Finning  
Mesin, tutorial kerja, dan tool untuk finning sama dengan grinding tapi aberasive yg dipakai merupakan M-303.
      Pasang tool pada poros mesin. Berikan sedikit aberasivenya yg telah dicampur dengan air dengan rasio 1 : 1 pada tool dan letakkan lensa diatasnya lalu pasangkan pin pada celah blocking body. Pegang pressure arm dengan mantap tetapi jangan terlalu ditekan dan posisikan lensa antara tengah dan tepi tool. Prosesnya sama dengan pada ketika saat proses grinding. Hasil penggosokan lensa ini merupakan permukaan lensa yg buram dan berwarna putih susu tana gores alias titik ( pin). Setelah berakhir ambil tool, cuci bersih begitu juga mesin lensa dan blocking body.

c.       Polishing
Pada bagian ini memakai abrasive M-305 yg dicampur dengan air dengan rasio 3 : 1. Tool yg dipakai dilapisi dengan polishing pad supaya lensa menjadi licin optic. Proses penempelan pad yaitu :
o   Panaskan perekat dan tool
o   Bila perekat telah panas dan mencair dan tool juga panas, berilah permukaan tool dengan perekat alias siongka dengan cara merata dan setipis mungkin.
o   Turunkan tool dari pemanas kemudian tempelkan pad pada tool dengan ukuran menutupi seluruh permukaan tool.
o   Dipres dengan tool lawannya.
o   Biarkan tidak lebih lebih  3 menit supaya pad melekat kuat. Lalu direndam dalam baki berisi air supaya cepat dingin.
o   Setelah dingin , angkat dan rapikan kain mengikuti bentuk permukaan tool.
Setelah siap semua, pasangkan tool pada pros mesin dan stel mesin. Berikan cairan polesh hingga terkesan basah. Letakkan lensa diatas kain pegang pressure arm dengan mantap tapi jangan terlalu ditekan dan posisikan lensa antara tengah dan tepi tool.  Jalankan mesin sambil digerak – gerakkan pressure armnya supaya lensa tergosok merata pada tool. Jangan terlalu tidak jarang memperlihatkan cairan polesh, tspi tunggu hingga kain terkesan kering. Setelah 5 – 10 menit tergantung power yg dikerjkan, hentikan mesin dan ambil lensa. Cuci bersih dan periksa permukaannya. Sudah licin optik alias belum alias tetap ada gores alias gray, kalau butuh ulangi lagi proses ini.


d.      Tahap penyelesaian penggosokan
1.      Deblocking
Pada bagian ini lensa akan dilepas dari blocking body / flipper dengan tutorial pengetokan. Pengetokan dilakukan dengan palu dan diketok pada blocking body, jadi dengan pemberian tekanan palu lensa mampu terlepas. Namun, wajib hati – hati terkadang apabila pengetokan yg terlalu keras menyebabkan lensa pecah. Jika terlalu pelan menyebabkan lensa tidak mau lepas. Alternatif lain merupakan dengan merendampnya kedalam minyak tanh. Alloy / siongka akan menjadi agak liat apabila terkena minyak tanah jadi lensa mudah dilepas.
2.      Cleaning
Lensa yg telah dilepas dari blocking body kemudian dibersihkan dengan air bersih alias spirtus dan dikeringkan dengan tisu alias kain lap bersih.
e.       Pemeriksaan hasil pengggosokkan
1.      Pemeriksaan licim optik
Untuk mengenal permukaan lensa hasil penggosokkan licin optic alias tidak, dilakukan dengan pemeriksaan pada permukaan depan dan belakang lensa dengan memakai lampu pijar 40 watt dan dengan perbesaran lensa S + 10.00.
2.      Pemeriksaan bagian dalam lensa
Untuk menonton ada tidaknya schrates, gray, pin dan cacat lainnnya memakai lampu pijar 40 watt dan lensa S+ 10.00 dengan jarak 30,5 cm.
3.      Pemeriksaan lengkung lensa
Dilakukan dengan lensa clock alias lens gauge.
4.      Pemeriksaan kekuatan lensa
Hal ini dilakukan dengan bantuan alat lensometer.

C.     Kriteria Penggosokan yg Baik
1.      Licin optk
Lensa yg licin optic mempunyai ciri – ciri mempunyai daya pantul yg baik pada permukaan lensa, tidak ada kelainan / cacat pada lensa.
2.      Transparan
Lensa wajib mempunyai kemapuan untuk meneruskan alias mentransmisikan cahaya dengan baik.
3.      Mempunyai base curve sesuai yg diharapkan.
4.      Ketebalan lensa sesuai dengan standar baik tepi maupun tengahnya.
D.    Kelainan – Kelainan Pada lensa
1.      Scratches
Merupakan gesekan kecil yg tersedia pada permukaan lensa, penyebabnya merupakan :
§  Tool terkontaminasi dan aberasive tercampur satu dengan yg lain.
§  Saat deblocking tidak hati – hati.
§  Cleaning dengan kain yg tidak bersih.
Cara menanggulangi :
§  Coba polesh lagi berbagai menit ( apabila gesekan sedikit )
§  Lakukan finning lagi lalu polesh ( apabila gesekan lebih besar )
2.      Waves
Merupakan kondisi permukaan lensa yg bergelombang yg muncul sebab :
§  Perekat lembek sebab pengaruh panas yg muncul ketika poleshing
§  Pemakaian tool yg tidak merata.
§  Tekanan pada proses pengosokan tidak stabil
Cara menanggulangi :
§  Lakukan finning kembali lalu polesh.

3.      Gray
Merupakan permukaan lensa yg abu-abu dan terkesan semacam kabut tipis yg susah dibersihkan. Penyebabbta merupakan :
§  Penempelan blocking body dan lensa yg tidak center.
§  Penggunaan tool salah alias tidak sama.
§  Campuran aberasive M-305 dengan air sangat encer.
§  Tekanan yg tidak sama ketika penggosokan
§  Waktu penggosokan terlalu singkat.
Cara menanggulangi gray pada seluruh permukaan :
§  Pad terlalu keras dan butuh diganti.
§  Pastikan polesh merata pada tool bukan lensa
§  Bubuk polesh butuh ditambah.
§  Perlu tekanan lebih pada pressure arm 5 – 7 kg.
§  Tool finning tidak efektif.
Cara menanggulangi gray pada bagian tengah :
§  Cek posisi lensa cocok pada blocking body.
§  Periksa pad mungkin butuh diubah.
§  Posisi lensa untuk polesh sedikit kearah tepi tool.
§  Kemungkinan tool grinding dan polesh tidak cocok.
Cara menanggulangi gray pada bagian pinggir :
§  Melakukan semacam diatas kecuali menggerakkan lensa kearah tengah tool.
4.      Pin ( bintik )
Merupakan kelainan yg muncul dampak finning yg tidak lebih sempurna
Cara mengatasinya : perbuat finning kembali lalu polesh.
5.      Power tidak sesuai
Hasil ukuran tidak sesuai dikarenakan sebab salah memilih tool.


Pada praktikum ini kami menggosok lensa untuk pembuatan ukuran – 2  dengan perancangan penggosokan sebagai berikut :
            D = 58 ; tool = 6/8 ; n =1,523 ; P = -2
1)      Mencari radius
R =  =  =  = 0,2615 m = 261,5



Mencari T
2)    
           





3)      Sagita












4)      Tc = OC

Tc = 6
Tc = 8
Tc =
Tc = 8,03996

5)      ET = CT + S
ET = 1,7 + 1,60
ET = 3,3 mm




 BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

Pengukuran Tahap Proses masing-masing kelompok
v  Tool
NO
Hasil Pengamatan
(t dalam menit x2)
T dalam menit dikuadratkan
(x2/ t2)
1.      
5
25
2.      
5
25
3.      
5
25
4.      
5
25
5.      
10
100
6.      
10
100
7.      
10
100
8.      
10
100
     N=8
 = 60
                  = 500

a)      Tes Kecukupan Data



    =
b)     Waktu Normal (WN) Pemilihan Tool

 = A. (C1) = +0,06



  TOTAL = +1+0,04
                    WN= Xrata-rata






c)    

All. Tool
A=10      D=2 (baik)
B=8        E=4 (normal)
C=2       G=2




 



Jadi, waktu baku untuk pencarian tool merupakan 12',14''
v  Pemasakan Siongka
NO
Hasil Pengamatan
(t dalam menit x2)
T dalam menit dikuadratkan
(x2/ t2)
1.      
15
225
2.      
15
225
3.      
10
100
4.      
10
100
5.      
10
100
6.      
10
100
7.      
10
100
8.      
10
100
N=8
 = 90
                  = 1.050


a)      Tes Kecukupan Data



    =  7,69 (data cukup)
b)     Waktu Normal (WN) Pemilihan Tool

 = A. (C1) = +0,06



  TOTAL = +1+0,04 =1,04
                 
                    WN= Xrata-rata




c)    

All. Pemasakan siongka
A=4    D=2(baik)          G=2
B=8    E=3(normal)
C=0    F=2



 



Jadi, waktu baku untuk pemanasan siongka merupakan 16',15''
v  Blocking
NO
Hasil Pengamatan
(t dalam menit x2)
T dalam menit dikuadratkan
(x2/ t2)
1.      
30
900
2.      
30
900
3.      
30
900
4.      
30
900
5.      
5
25
6.      
5
25
7.      
5
25
8.      
5
25
N=8
 = 140
                  = 3.700

a)      Tes Kecukupan Data



    = 28,57 (data berlebih)
b)     Waktu Normal (WN) Pemilihan Tool

 = A. (D) = 0,00



  TOTAL = +1+0,03 =1,03
                 
                    WN= Xrata-rata




c)    

All. blocking
A=6    D=2(baik)          G=2
B=4    E=2(normal)
C=2    F=2



 



Jadi, waktu baku untuk pemanasan siongka merupakan 22',52''

v  Grinding
NO
Hasil Pengamatan
(t dalam menit x2)
T dalam menit dikuadratkan
(x2/ t2)
1.      
18
900
2.      
15
900
3.      
35
900
4.      
20
900
5.      
8
25
6.      
7,52
25
7.      
8,04
25
8.      
4,57
25
N=8
 = 116,13
                  = 20,88

a)      Tes Kecukupan Data



    =  25,66 (data berlebih)

b)     Waktu Normal (WN) Pemilihan Tool

 = A. (C1) = 0,06



  TOTAL = +1+0,14 =1,14
                 
                    WN= Xrata-rata








c)    

All. grinding
A=10    D=2(baik)          G=2
B=2      E=2(normal)
C=1      F=2



 



Jadi, waktu baku untuk pemanasan siongka merupakan 21',24''
v  Finning
NO
Hasil Pengamatan
(t dalam menit x2)
T dalam menit dikuadratkan
(x2/ t2)
1.      
13
169
2.      
13
169
3.      
15
225
4.      
13
169
5.      
20
400
6.      
8
64
7.      
11,10
123,21
8.      
9,1
82,81
N=8
 = 102,2
                  = 10444,8

a)      Tes Kecukupan Data



    =  10,86 (data berlebih)

b)     Waktu Normal (WN) Pemilihan Tool

 = A. (C1) = 0,06



  TOTAL = +1+0,15 =1,15
                 
                    WN= Xrata-rata




c)    

All. grinding
A=10    D=2(baik)          G=2
B=2      E=2(normal)
C=1      F=2




Jadi, waktu baku untuk pemanasan siongka merupakan 18',50''

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "PRATIKUM SURFACING REFRAKSI OPTISI STIKES HAKLI SEMARANG"

Post a Comment